Saturday, December 6, 2008

Waspadai GLobaL warming...

Ada yang berbeda dalam keadaan bumi kita antara zaman dulu dan sekarang, orang-orang terdahulu seperti para seniman atau sastrawan melukiskan dan menggambarkan bumi kita dengan sangat bangga dan bersyukur. Alam ini akan mudah digambarkan dan dilukiskan dengan semangat kejujuran dalam menuliskan sajak-sajaknya yang memuji keindahan bumi. Namun seperti tisu putih bersih yang baru saja jatuh ke atas genangan air kotor, seniman ataupun sastrawan yang pandai membuat sajak dan lukisan di atas kain kanvas balik mengkritik keadaan bumi dan penghuninya, balik melukis bumi dengan semacam kata-kata bumi ini kotor, tua, dan penghuninya yang merusak.

Atau mungkin seandainya juga kita yang hidup di abad pertama menghirup udara dan merasakan iklimnya yang teratur, para petani yang asyik bekerja tanpa kendala, para nelayan yang asyik melaut tanpa takut, kehidupan hewan liar tak terancam dan dampak kesehatan manusia yang baik. Namun sekarang ketika kita membuka mata pagi hari dan menghirup udara kotor, asap motor, asap pabrik, dan efek rumah kaca yang lainnya sudah mulai berada di sisi kita.

Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbondioksida, dan metana, menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Akibat ulah manusialah efek rumah kaca ini terjadi dan rumah kaca merupakan salah satu penyebab terjadinya global warming (GW). Global warming atau yang kita kenal dengan pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi sebagai mana yang masih disebutkan dalam situs Wikipedia bahwa planet bumi telah menghangat (dan juga mendingin) berkali-kali selama 4,65 miliar tahun sejarahnya.

Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuwan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca itu, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.

Dampak pemanasan global

Beberapa dampak yang akan dan sedang kita rasakan dari GW ini adalah cuaca, tingginya permukaan laut, kesehatan manusia, kelangsungan hidup hewan liar, dan lain-lain. Cuaca yang tak menentu susah untuk diprediksi sehingga merugikan petani untuk menentukan kapan mereka mulai bercocok tanam dan menuai hasilnya. Begitu juga terhadap kehidupan nelayan, mereka tidak bisa memprediksi kapan badai, ombak, dan arah angin datang, juga pasang surut yang tak menentu.

Tingginya permukaan laut dapat mengakibatkan habisnya pulau-pulau karena daerah yang berhamparkan salju di antariksa maupun antartika mencair (erosi) akibat GW ini. Akibatnya, pulau-pulau kita akan tertutup habis. Jika ini berlanjut, tak mustahil tanah kita juga akan cepat tertutup air. Bahkan, diprediksikan bahwa tanah pulau-pulau kecil di Indonesia akan hilang dalam kurun waktu 30 tahun ke depan jika GW ini masih berlanjut. Hewan dan tumbuhan mati karena panasnya bumi ini. Karena jika untuk hewan yang ada di kutub tempat mereka mencair tak punya tempat untuk hidup. Begitu juga untuk kesehatan kita, yang sekarang tinggal di Indonesia belum tentu mampu menahan panasnya bumi.

Apa yang harus dilakukan?

Beberapa organisasi, negara, bahkan orang yang paling berpengaruh mulai bereaksi untuk menahan laju buruknya dampak dari GW ini. Di Los Angeles (Antara News) menyebutkan, mantan Wapres AS, Al Gore, mengumumkan rincian rangkaian mega konser yang akan digelar di seluruh dunia. Hal itu untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya pemanasan global. Acara itu di antaranya diikuti oleh band besar seperti Coldplay, Red Hot Chili Peppers, Foo Fighters, John Legend, Snoop Dogg, Black Eyed Peas, Keane, Kelly Clarkson, John Mayer, Faith Hill, dll.

Di Indonesia sendiri, beberapa minggu lalu telah melakukan hal yang sama dengan menggelar konser di Jakarta yang bertajuk “The Soul” dengan diikuti lebih dari sepuluh band besar maupun band indie seperti Mocca, The Upstair, Maliq & D’ Essential, dll. Seharusnya bukan hanya mereka yang peduli GW ini, tetapi semua kalangan di seluruh dunia, mau rakyat kecil atau besar, orang kaya atau miskin.

Kita semestinya tidak henti-henti untuk menyuarakan stop untuk pembakaran hutan, pembalakan liar pohon-pohon, penghamburan energi, bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida. Mulailah sekarang juga dari diri sendiri dan dari hal yang terkecil, kita tak mau global warming menjadi malaikat Izrail yang merayap di rambut umur kita.

Berbagai penyakit, baik infeksi maupun penyakit menular berpotensi meningkat akibat pengaruh kenaikan suhu bumi atau global warming."Peningkatan suhu bumi memiliki dampak terhadap kesehatan penduduk bumi. Dampaknya bisa langsung atau tidak langsung,"peningkatan suhu bumi disebabkan tiga faktor, yaitu jumlah manusia yang terus bertambah, semakin majunya masyarakat dalam mengkonsumsi energi, serta efek rumah kaca (greenhouse gases effect). Sedangkan, dampak pada kesehatan bisa dirasakan langsung dan tidak langsung.Dampak langsung, yaitu perubahan iklim seperti gelombang panas dan musim dingin yang ekstrim. Gelombang panas dapat membuat jantung berpacu lebih keras guna mendinginkan tubuh yang bisa menyebabkan kematian. "Sebab suhu nyaman bagi manusia sekitar 20 sampai 25 derajat celsius,"

Dampak langsung lainnya, kata dia, peningkatan kasus Asthma serta kanker kulit.

Dampak tidak langsung,
adanya perubahan penyakit yang ditularkan nyamuk atau vector borne diseases. Hal ini disebabkan perubahan bionomik nyamuk. Misalnya, nyamuk Anopheles, penular malaria yang hidup di atas 15 derajat celsius, dengan peningkatan suhu atau kelembaban suhu, prilakunya akan semakin beringas untuk melakukan perkawinan.Biasanya sehabis mengadakan perkawinan, prilaku atau keinginan menggigit manusia atau binatang semakin meningkat juga.nyamuk-nyamuk ini akan bermigrasi ke wilayah yang lebih tinggi atau di negara subtropis, di mana. Suhu 20 hingga 30 derajat Celsius dengan
kelembaban di atas 60 persen merupakan suhu ideal bagi kehidupan nyamuk.

Diperkirakan, bila suhu meningkat 3 derajat celsius pada tahun 2100, maka akan terjadi peningkatan proses penularan penyakit yang ditularkan nyamuk sebanyak dua kali lipat. Misalnya, malaria, demam berdarah dengue, chikungunya, radang otak, filariasis, Avian Influenza, SARS, west nile virus dan hantaman virus. Penyakit ini diduga akan meningkat penularannya ke sejumlah negara subtropik.

Belum lagi bila pemanasan global ini menyebabkan bencana banjir, yang akan meningkatnya sejumlah penyakit akibat dibawa air seperti kolera, diare,
typhoid, parasit, atau leptospirosis.

Belum lagi berbagai penyakit tidak menular yang diakibatkan pencemaran lingkungan bahan toksin.

Untuk itulah, sudah menjadi keharusan bagi semua pihak dalam berpartisipasi mencegah global warming.

Pemerintah perlu membuat perencanaan strategis yang bisa memberi pencegahan atau meminimalisir dampak pemanasan global dari aspek kesehatan masyarakat.

Dengan menggunakan teori simpul, manusia bisa melakukan pengurangan dampak pada simpul-simpul patogenises kejadian penyakit, yaitu
di lingkungan sekitar manusia dan manusianya itu sendiri.

Diakuinya, ada beberapa penyakit menular, seperti malaria yang bisa dikendalikan, tapi ada penyakit lainnya yang belum memiliki teknik diagnostik dan pengobatannya sangat sulit.

"Upaya preventif dan promotif pada area penyakit tidak menular seringkali dianggap bukan wewenang sektor kesehatan. Jadi diperlukan alokasi sumber
daya sektor kesehatan untuk menciptakan lingkungan yang sehat,"

No comments: